MONUMEN BANDUNG LAUTAN API

clip_image002

Sejarah Bandung Lautan Api

Letnan Jenderal Hein Teen Porten, pemimipin pasukan gabungan tentara yang didatangkan Jenderal A. S. Blackburn dari Australia yang lebih di kenal dengan sandi Black force, di paksa meninggalkan Bandung oleh Divisi 2, Resimen 230 dan Divisi 48, Resimen 56 Angkatan Darat Jepang yang mulai menguasai pesisir. Jepang menghadapi banyak tentara gabungan yang menanti mereka, termasuk konsolidasi Black force yang terdiri dari machine gunners, infantrymen, engineers, tankers, signalmen, medics, truck drivers, clerks, downed airmen dan Batalion kedua altileri angkatan 121 yang menutupi ruang gerak pendaratan.
Namun dalam beberapa kampanye pertempuan, telah jelas bahwa Jepang di bawah Marsekal Imamura, mampu menandingi gelaran tentara sekutu di Jawa Barat dan Jakarta. Maka, pada tanggal 3 Maret 1941, tentara Teen Poerten mampu disudutkan sampai Bandung. Akhirnya pada tanggal 6 dan 7 Maret 1941, Black force tercerai-berai dan dipaksa mengungsi ke selatan Bandung. Pagi hari tanggal 8 Maret 1941, Teen Poerten secata informal mengumumkan penyerahan diri tentaraBelanda kepada pihak Jepang. Tidak ada pilihan lain bagi Teen Poerten, karena banyaknya tentaranya yang gugur dalam peperangan, sehingga kekurangan jumlah tentara, amunisi dan menderita kehausan.
Domei, Bandung 18 Agustus 1945, secarik kertas dengan tulisan tinta merah digenggaman kita berisi naskah proklamasi Republik Indonesia. Dari sinilah perjalanan oleh tentara Jepang dengan kekerasan dan mereka mempersilakan tentara sekutu memasuki Bandung lewat utara. Dari kejauhan terdengar deru tank M 1936 Dutchman, lapis baja Alvis Strausser dan panzer M 1931 Carden Llyod kembali ke kota Bandung. Serangan pembuka mereka ke udara dan bangunan kosong dengan maksud menakut-nakuti. Semua warga dan diantaranya Ir. Juanda terpaksa mengungsi ke Bandung selatan. Ini terjadi karena sudah terdengar kabar tentara NICA (Netherland Indies Civil Administration) dan sekutu berani menembaki rakyat sipil. Seluruh wilayah Republik didatangai oleh NICA yang tidak hanya hendak melucuti tentara Jepang, tetapi juga Nasionalisme Indonesia. Nasionalisme yang baru tiga bulan memkikkan ke seluruh dunia.
13 Oktober 1945 dimulailah kampanye keji tentara sekutu. Mereka menghancurkan pintu air sungai Cikapundung. Banjir meluap di beberapa pemukiman kawasan Bandung selatan. Tanggal 3 Desember 1945, terjadi kisah heroic tujuh pemuda pejuang yang gugur mempertahankan Gedung Sate yang pada saat itu dijadikan kantor pusat Departemen pemerintahan Republik Indonesia dari aksi penduduk sekutu. Tidak berhenti sampai disitu. Pesawat P 51 Mustang milik kerajaan inggris membom kawasan Lengkong Besar pada tanggal 5 Desember 1945, dan berlanjut dengan membom bardir daearah Cicadas pada tanggal 21 Desember 1945.
Kerugian moral dan korban jiwa berjatuhan selama masa offensive tentara sekutu. Kita terpaksa berlindung ke wilayah aman. Tampaknya mereka mencoba untuk memecah konsentrasi masa, dan menakut-nakuti warga untuk lebih pergi ke selatan. Di tengah luapan banjir yang belum surut, sehingga banyaknya warga yang terseret arus, dan kembali dengan keji tentara memberondong warga dari atap hotel Savoy Homan.
Warga menelusuri jalan Muhamad Tohha (sekrang), disinilah konvoi pengungsian bergerak kearah selatan Bandung. Menuju Soreang, Banjaran, Ciwidey, keadaan semakin memanas. Tapi kita harus kembali dan kembali, membawa barang-barang yang akan kita butuhykan kelak. Diantara konvoi bahkan ada yang membawa kasur, dan peralatan sekunder lainnya.mustang berkeliaran berkali-kali, rakyat getir akan situasi diman bisa setiap saat melepas bom-bom di ekor pesawatnya, atau menyemprotkan peluru di kedua sayapnya.
Mereka kembali mengusir kita dari tempat yang kita diami. Mereka meras memiliki apa yang dulu pernah mereka bangun di atas penderitaan rakyat. Vila Isola, Gedung V & W (Gedung Sate), Gedung hotel Savoy Homan, Gedung denis Bank dan bangunan lainnya.
Menjelang tahun 1946, 2000 tentara kerajaan Belanda menunjukan keberadaannya di Indonesia di bawah pimpinan Jenderal S. H. Spoor. Pada 12 Maret 1946 permintaan Perdana Menteri Sultan Sahrir ke pada Gubernur Van Mook untuk mengembalikan kedaulatan kepad Indonesia tanpa penundaan tidak di tanggapi. Lalu pada 16 Maret 1946 Perdana Menteri Sultan Sahrir secara diam-diam menyepakati usulan Belanda untuk sementara mengosongkan wilayah kekuasaan sipil Republik Indonesia, kecuali Jawa, Sumatera, dan Madura. Ketidak tegasan pemerintah Sultan Sahrir, di tambah dengan penderitaan tanpa henti rakyat yang mendapat kepungan dan embargo, semakin memudahkan jalan bagi Belanda untuk menekan kaum republic dari kota-kota utam termasuk Bandung.
Dan pada bulan maret, Kolonel nasution di Tegalega telah mengumumkan pesan kepada tentara RI, serta para pejuang dan warga Bandung selatan untuk meninggalkan rumah mereka dan ikut mengungsi ke luar Bandung dalam radius 10 Kilometer. Karena Bandung akan dibumi hanguskan. Tidak hanya bangunan penting saja, warga pun bersolidaritas untuk membakar kediaman mereka sendiri dari pada membiarkannya di manfaatkan oleh sekutu.
Malam itu, 24 Maret 1946. Kota Bandung telah senyap, warga telah berarak ke Selatan. Hanya sura percikan bara yang dapat di dengar. Hymne kosong asap-asap hitam, yang rintih bercerita tentang hangusnya kenang-kenangan Bandung kota lama. Dari notasi ke notasi bersenandunglah syair pengorbanan itu. Suling emas kelabu yang mengikuti denting kecapi pada laras priangan nan jelita, digantikan oleh nada retak rubuhnya pasak penyangga rumah. Jilatan api mengangkasa, memerahkan langit yang gelap. Rakyat telah berjalan menyusuri Dago, Burangrang, Cikapundung, Karang Anyar, Haur Kuning, Lengkong,dan melelapkan kaki di Cigondewah, Soreang, Majalaya, Banjaran juga Rancaekek, meninggalkan Bandung dalam Lautan Api.
Teen Poerten, Blackburn, Imamura, Spoor, Nasution, Mashudi, daeng,Sahrir, juga mereka yang gugur di tanah Priangan, hanya menjelaskan sesaat, penggalan sejarah yang mereka buat. Ada kesenyapan dalan beberapa generasi selanjutnya. Senyap dan kemudian merubah dalam hangar bingar gemerlap Bandung. Rakyat berjalan dari Lembang, berarak ke pusat kota, pusat jajanan, pusat kesempatan, pusat atraksi, canda-tawa.











Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MONUMEN BANDUNG LAUTAN API"

Posting Komentar

hallo agan, silahkan berkometar secara bijak dan santun