Herman Willem Daendels
Deandel yang di juluki sebagai tuan Galak ini sering di sebut-sebut sebagai pelopor berdirinya kota Bandung, yang kita tahu semenjak mega proyeknya Grote Postweg, Deandels memerintahkan pegawainya untuk Untuk memindahkan ibu kota kabupaten Bandung dari Krapyak (Dayeuh kolot) mendekati Jalan Grote Postweg.
Namun penjajah tetaplah penjajah. Hitam putihnya Deandels berhasil menciptakan sebuah kota yang menjadi Parijs Van Java atas perintahnya tadi, namun tak lepas dari kejamnya penindasan yang dia lakukan terhadap kaum pribumi pada masa dirinya menjabat Gubernur-Jendral Hindia-Belanda.
Deandels berawal..
Lahir dengan nama lengkap Herman Willem Daendels lahir di Hattem, Belanda pada tanggal 21 Oktober 1762 putra dari pasangan Burchard Johan Daendels, yang menjabat sekretaris walikota dan Josina Christina Tulleken.Deandels belajar ilmu hukum di Universitas di Harderwijk Dan lulus pada tanggal 10 April 1783.
Pada tahun 1780 hingga 1787 Deandels ikut bergabung dengan kumpulan pemberontak di Belanda dan kemudian melarikan diri ke Perancis. saat Revolusi Perancis meletus. Dia menggabungkan diri dengan pasukan Batavia yang republikan. Akhirnya Deandels mencapai pangkat Jendral.dan pada tahun 1795, ia pun kembali ke Belanda dan masuk tentara Republik Batavia dengan pangkat Letnan-Jendral. Sebagai kepala kaum Unitaris, ia ikut mengurusi disusunnya Undang-Undang Dasar Belanda yang pertama. Bahkan ia mengintervensi secara militer selama dua kali. Tetapi invasi orang Inggris dan Rusia di provinsi Noord-Holland berakibat buruk bagi Deandels sehingga ia diserang oleh berbagai pihak. Ia pun kecewa dan mengundurkan diri dari tentara pada tahun 1800 dan memutuskan untuk menjadi petani dan peternak saja di Heerde, Gelderland.
Pada tahun 1800, armada Inggris memperlihatkan kekuatannya dengan memblokade Batavia dan memporakporandakan galangan kapal Belanda di Pulau Onrust sehingga tidakdapat berfungsi lagi. Pada tahun 1806, armada kecil Inggris dating kembali di bawah laksamana Pellew muncul di Gresik dan mengeluarkan Ultimatum
Tahun 1806 ia dipanggil oleh Raja Belanda, Raja Louis (Koning Lodewijk) untuk berbakti kembali di tentara Belanda. Ia diberi tugas untuk mempertahankan provinsi Friesland dan Groningen dari serangan Prusia. Setelah sukses, pada tanggal 28 Januari 1807 atas saran Kaisar Napoleon Bonaparte, ia dikirim ke Hindia-Belanda sebagai Gubernur-Jendral. yang ke-36. Daendels tiba di Batavia pada tanggal 5 Januari 1808 menggantikan Gubernur-Jendral Albertus Wiese. Daendels ditugaskan untuk melindungi pulau Jawa dari serangan tentara Inggris karena Jawa adalah satu-satunya daerah koloni Belanda-Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggris setelah Isle de France dan Mauritius pada tahun 1807. Daendels menyadari kekuatan Perancis-Belanda di Jawa tidak akan mampu menghadapi armada Inggris, maka iapun melaksanakan tugasnya dengan segera. Ia membangun rumah sakit, tangsi-tangsi militer, membangun pabrik senjata, pabrik meriam dan n sekolah militer, serta Benteng Lodewijk.
Mega Proyek Grote Postweg
Proyek utama Deandels adalah Grote postweg (Jalan Raya Pos) yang dibangun untuk kepentingan komunikasi dan bermanfaat juga untuk tentara-tentaranya dapat bergerak dengan cepat.
Di mata Daendels, semua raja pribumi harus mengakui raja Belanda sebagai junjungannya dan meminta perlindungan kepada raja Belanda. Daendels merubah jabatan pejabat Belanda di kraton Solo dan kraton Yogya dari residen menjadi minister sebagai wakil raja Belanda dan juga wakilnya di kraton Jawa.
Selama pembangunan jalan raya pos Daendels membangun jalan tidak dilakukan dari Anyer hingga Panarukan. Karena jalan antara Anyer dan Batavia sudah ada ketika Daendeks tiba. Oleh karena itu menurut Het Plakaatboek van Nederlandsch Indie jilid 14, Daendels mulai membangun jalan dari Buitenzorg menuju Cisarua dan seterusnya sampai ke Sumedang.Pembangunan dimulai bulan Mei 1808.
Di Sumedang, Deandels mengalami banyak kendala karena terbentur kondisi alam yang terdiri dari batuan cadas, akibatnya para pekerja menolak bekerja. Akhirnya Pangeran Kornel turun tangan dan langsung menghadap Daendels untuk meminta pengertian atas penolakan para pekerja. Deandels yang terkenal dengan julukan “Tuan Galak” gentar dengan sikap Pangeran Kornel yang terkenal dengan uluran tangan kirinya yang berarti menantang. Daendels pun akhirnya ciut dan memerintahkan komandan pasukan zeni Brigadir Jenderal von Lutzow menembakan artilerinya, hingga akhirnya bukit cadas berhasil diratakan dan pembangunan jalan diteruskan hingga Karangsambung.
Sampai Karangsambung. Para bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah tertentu dan masing-masing setiap hari dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan beras serta jatah garam setiap minggu.
Di Bandung yang saat itu masih berupa hutan dan rawa-rawa, Deandels menancapkan tongkatnya pada saat melakukan pemeriksaan pembangunan Grote Postweg. Di tempat itu Deandels memerintahkan Bupati Bandung Wiranatakusumah II untuk memindahkan Ibu kota kabupaten Bandung dari Krapyak dengan perkataanya yang terpahat dalam Prasastri “Nol Kilometer” Bandung. “Zorg, dat als ik terug komhier stad is gebouwd” katanya “ Usahakan, bila aku datang kembali kesini, sebuah kota telah dibangun”. Dan Besluit yang dikeluarkan Pemerintah Hindia Belanda pada 25 september 1810, diperingati menjadi hari berdirinya kota Bandung.
0 Response to "Herman Willem Daendels"
Posting Komentar
hallo agan, silahkan berkometar secara bijak dan santun